SELAMAT BERSEKUTU DENGAN GBI-TIM

Sabtu, 29 Mei 2010

JANGAN MEMEGANG TERLALU ERAT

Kejadian 22: 1-14

Pendahuluan
Suatu kali seorang hamba Tuhan, Corrie Ten Boom – seorang yang selamat dari kamp penyiksaan Jerman di Perang Dunia II berkata kepada seorang rekannya hamba Tuhan : “Sepanjang hidup saya, saya telah belajar bahwa kita tidak boleh memegang sesuatu terlalu erat. Semakin kita mencintai kegembiraan-kegembiraan kecil ini, semakin kita cenderung memegangnya lebih erat, dan kita akan mengalami rasa sakit ketika Bapa melepaskan genggaman kita dari padanya dan mengambil mereka dari tangan kita.”

Mungkin kita berpikir bahwa tragedi atau peristiwa yang mengerikan dan menyakitkan dalam hidup kita terjadi sebagai bentuk tindakan Tuhan buat kita. Tuhan kita bukanlah pencipta kejahatan melainkan dunia yang jahattelah rusak oleh karena dosa. Tuhan tidak hanya membenci dosa. Ia juga benci kematian (maut) karena itu Allah Bapa mengutus putera-Nya, Yesus Kristus untuk mengalahkan maut dengan kematian dan kebangkitan-Nya ( 1 Kor 15:26)

Jangan memegang terlalu erat berbicara beberapa hal dalam hidup kita yang seringkali menimbulkan masalah bagi hidup kita :
1. Harta benda kita – segala sesuatu yang memiliki label harga
2. Posisi atau jabatan kita – makna identitas yang kita dapat dari pekerjaan kita
3. Mimpi-Mimpi kita- saat mimpi tidak tercapai membuat kita kehilangan harapan dan arah dalam hidup kita hingga kehilangan tujuan hidup.
4. Hubungan kita – ini menjadi hal yang paling sulit untuk tidak dipegang erat.

Kita belajar dari seorang bernama Abraham dalam Kejadian 22:1-14 tentang jangan memegang terlalu erat segala sesuatu yang ada dalam hidup kita :

Dalam kisah ini kita membaca dan melihat bahwa kisah tentang kehilangan seseorang, matinya hubungan ayah – anak yang begitu intim. Kita belajar bagaimana Abraham – disebut Bapa orang percaya ini menerima janji Tuhan tentang sebuah bangsa besar yang lahir dari keturunan Abraham dan Sara.
Kita juga tahu perintah pertama Tuhan adalah : ia harus meninggalkan tanah kelahirannya dan semua sanak keluarganya dan pergi ke suatu tempat yang akan ditunjukkan Tuhan padanya. Sampailah kisah ini di pasal 22 dimana Abraham sebelumnya menghadapi setiap ujian dan kemenangan juga kegagalan dalam hidupnya.

Setelah bertahun-tahun Sara kehilangan kemampuan untuk mengandung, akhirnya ia mengandung juga dan melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Ishak (ia tertawa) kenapa : Sara merasa ketidakpercayaan dan sekaligus kegembiraan. Bagi Abraham – Ishak adalah simbol dari segala sesuatu yang Tuhan janjikan kepadanya di dalam perjanjian ( Tanah, Keturunan, Berkat) Kej 12:1-3.


Kejadian 22:1- 14 mengajarkan :

1. Dalam segala perkara Tuhan punya rencana (Kejadian 1-2)
Kata mencoba dalam Kej 22:1 bahasa Ibraninya : Nasah, mempunyai arti membuktikan kualitas sesuatu, biasanya dengan melalui sebuiah ujian atau tes. Tuhan ingin membuktikan keabsahan-keaslian-iman Abraham.
Dalam hal ini Tuhan lebih mengenal hati Abraham lebih baik daripada Abraham sendiri. Allah ingin Abraham menyatakan imannya bukan hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada Ishak, anaknya serta orang-orang lain di sekitarnya. Abraham pernah 2 x berbohong untuk menyelamatkan dirinya ( kej 12:11-13, Kej 20:1-2) berusaha menolong Tuhan menggenapi perjanjiannya dengan Tuhan ( Kej 16).
Kata Worship yang artinya layak- saat kita menyembahsesuatu, kita meneguhkan nilai-nilainya kepada kita. Saat itu Tuhan meminta Ishak sebagai korban bakaran ( olah – Ibraninya) yang harus dipersembahkan secara utuh di atas mezbah Tuhan. Dalam hal ini Tuhan ingin Abraham menyatakan imannya dan kedewasaan rohani yang telah ia capai selama hidupnya sampai saat itu.
2. Perasaan tenang berhubungan dengan iman percaya kita (Kej 22:3-5)
Yesaya 30:15
"Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."
Kita melihat bahwa Abraham keesokan paginya mempersiapkan semuanya, bagaimana Abraham mungkin menghadapi situasi yang sulit tetap tenang dan terutama ia memiliki sikap berserah kepada Tuhan ( pasrah bongkoan). Mungkin kita jika seperti Abraham akan melakukan hal yang sama dengan Abraham namun disertai dengan emosi. Saat itu Abraham berkata tanpa keragu-raguan ( Kejad 22:5) Kami akan sembahyang dan kami akan kembali kepadamu.
3. Tindakan iman itu menular dan berisiko ( Kejadian 22:6-9)
Kita membaca bahwa Abraham mengambil kayu dan menaruhnya ke atas bahu Ishak untuk dipikulnya. Saat Ishak diperlakukan demikian dan kemudian ia bertanya maka Abraham menjawab dengan suatu perkataan iman sehingga Ishak menjadi percaya. Bahkan saat Ishak diikat dan dibawa ke atas mezbah maka Ishak tidak lari atau melawan atau memohon atau mengeluh atau juga bergulat dengan ayahnya.
Sebagaimana ketakutan itu menular maka iman juga menular dan Ishak belajar iman dari ayahnya sebagai teladan. Karena itu baiklah kita semua juga menjadi Teladan bagi setiap orang ( 1 Tim 4:12)
4. Tempatkan Tuhan sebagai yang terutama ( (Kej 22:10-12)
Saat kita berpikir bahwa apa yang kita miliki dapat kita pegang dengan erat, sebenarnya tidak demikian halnya dengan pikiran tersebut. Saat Abraham melepaskan apa yang selama ini ia genggam dengan erat : anak satu-satunya yang ia kasihi, yang ia rindukan bertahun-tahun dan jawaban dari Tuhan atas perjanjianNya.
Abraham memperlihatkan kesediaan untuk menyerahkan anaknya sebagai tindakan bahwa ia lebih mengasihi Sang Pemberi, daripada pemberian-Nya.
Akhirnya Tuhan mencegahnya melakukan hal itu lebih lanjut.
Setelah sekian ribuan tahun kemudian tempat itu menjadi suatu ibukota Kerajaan Perjanjian Tuhan, Yerusalem. Di sinilah Bapa melepaskan Anak-Nya di atas mezbah di salah bukit di wilayah Moria.

Belajarlah untuk memeriksa hidup kita saat ini : kepada apa , kepada siapa anda bergantung ? lepaskanlah. Taruhlah harta benda, jabatan maupun hubungan anda di atas mezbah Tuhan dan mundurlah dari mezbah itu

Senin, 24 Mei 2010

TIPS MENGALAMI MUJIZAT KEUANGAN

Ada beberapa prinsip yang luar biasa dalam kisah sederhana seorang janda yang kuatir karena tidak dapat membayar utangnya (2 Raja-Raja 4).

1. Ketika sedang bingung, pergilah ke alamat yang tepat! [2 Raja-Raja 4:1] Tempat kita menaruh pengharapan menentukan, apakah kita akan menerima mujizat atau tidak. Bila selalu berharap kepada manusia, kita akan sering kecewa. Kita harus menaruh pengharapan hanya kepada Allah yang hidup, Tuhan Yesus Kristus. Dan ketika kita datang kepada Allah berarti kita meminta, berdoa dan percaya bahwa kita telah menerima apa yang Kita inginkan. Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6) Sebaliknya kekuatiran akan membuat kita menjadi orang yang suka berbantah-bantahan, mengeluh, dan bersungut-sungut tentang sesuatu yang kita hadapi.

2. Jangan mengandalkan manusia [2 Raja-Raja 4:2a] Jangan juga membuat orang lain bergantung kepada kita, tetapi arahkanlah imannya kepada Allah yang hidup.

3. Periksa apa yang masih kita miliki [2 Raja-Raja 4:b] Elisa berusaha membuka kemungkinan dari pihak Allah melalui apa yang dimiliki si janda untuk dipersembahkan kepada Allah agar dapat dipakai dan dilipatgandakan.

4. Jangan dibutakan oleh hal-hal negatif, tetapi majulah ke hal-hal positif Reaksi pertama yang timbul terhadap keadaan yang gawat selalu negatif. Tetapi imanlah yang membuat kita mampu melihat kemungkinan-kemungkinan dibalik kesukaran yang ada. Ketakutan akan menyebabkan Anda berkata, “Kami tidak mempunyai apa-apa” atau “Kami telah mencobanya tetapi selalu gagal.”

5. Jangan membatasi kemampuan Allah untuk menyediakan keperluan Anda Dalam berita Injil, tindakan adalah sesuatu yang harus selalu ada. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Anda harus bertindak secara aktif bila Anda ingin mengalami mujizat. Melepaskan anak panah adalah perintah untuk Yoas agar mengalami kemenangan atas bangsa Aram [2 Raja 13:14-19]. Mengumpulkan bejana adalah perintah untuk janda miskin agar mengalami kelepasan atas kesulitan keuangannya [2 Raja-Raja 4:3]

6. Jangan izinkan keragu-raguan merasuk ke dalam pikiran kita [2 Raja-Raja 4:4] Faktor penentu dalam kisah mujizat ini adalah setelah si janda meminjam bejana-bejana kosong dari tetangganya yang ingin tahu untuk apa semua itu. Elisa berkata, “Masuklah dengan anak-anakmu dan tutuplah pintu.” Pasti akan ada banyak orang yang tidak setuju. Mereka akan berkata, “Ini tidak akan berhasil.” “Kami telah mencobanya dan gagal” atau “Kamu tidak mampu melakukannya.”
Elisa sedang mendorong agar si janda membuang jauh-jauh keragu-raguan terhadap janji firman Tuhan dan menutup telinga terhadap kebimbangan dengan menyuruh mereka masuk ke rumah dan menutup pintu.

7. Tuangkanlah sampai habis [2 Raja-Raja 4:4b] Ada bagian dalam hidup kita yang merupakan roti untuk dimakan dan benih untuk ditabur. Anda harus dapat memisahkan keduanya untuk fungsinya masing-masing agar Anda dapat keluar dari kesulitan hidup Anda [2 Korintus 9:10]. Kita harus mencari bejana-bejana kosong untuk dituangi. Mereka adalah orang-orang terluka yang butuh pertolongan. Sementara kita terus menuang, hal yang menggembirakan terjadi, yaitu persediaan terus mengalir. Terobosan iman dimulai ketika ada benih firman yang ditabur setiap hari ke dalam diri kita. Terobosan keuangan dimulai ketika ada benih keuangan yang kita tabur ke dalam Gereja atau pelayanan yang sedang mengalami pertumbuhan.

8. Jangan terpesona dengan Mujizat tetapi Ingatlah Allah akan selalu mencukupi kebutuhan kita [2 Raja-Raja 4:7] Allah memberikan mujizat yang luar biasa untuk tujuan ilahi bukan sekadar hiburan bagi kita. Elisa memberikan petunjuk bahwa ia harus menjual minyak itu dan lunasi hutang-hutangnya maka Allah akan memenuhi segala kebutuhan mereka menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya

Senin, 17 Mei 2010

Selayang Pandang Pendeta Joopie ALH Wehantouw

Selayang Pandang Pendeta Joopie ALH Wehantouw

MEREGUK KEPUASAN LEWAT PENGALAMAN DAN PRESTASI HIDUP

Raja Salomo adalah seorang yang sangat “sempurna” dalam mencapai kepuasan hidupnya. Berbagai pengalaman sensasional, seperti keinginan daging dan keinginan mata telah direguknya. Dan pencapaian prestasi lainnya telah mengukir kejayaan kerajaannya; keluar biasaan hikmatnya telah mengundang petinggi dunia menghadapnya; dan kelimpahan harta bendanya telah menggaet 1000 orang wanita menjadi istri dan gundiknya. Segalanya dapat dibuatnya demi melayani ambisi dan kerakusan kepuasan! SabdaNya, “Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan segala usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan dibawah matahari”. Pengkhotbah 2:11
Ternyata, Raja Salomo mengalami kehampaan dipuncak kejayaan, keagungan dan limpah ruahnya asset! Itulah kesiaan hidup!

Mereguk kepuasan lewat pengalaman dan prestasi hidup bukan digapai dipuncak ketenaran melainkan di hati yang merendah dengan menyadari “hidup ini adalah kasih karunia dari Tuhan”

Selanjutnya pengalaman hidup Rasul Paulus setelah bertobat mengukir prestasi pelayanan lewat penderitaan hidupnya. SabdaNya: “ Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah” 2 Korintus 6:4.
Rincian pengalaman pelayanan yang spektakuler dari Rasul Paulus justru menyingkap tentang esensi panggilan seorang pelayan. Hal itu adalah suatu kekuatan Roh Kudus yang menguasai dari Rasul Paulus. Seperti yang diungkapnya dalam 2 Korintus 6:4-10,”menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesuakran ….. ketika dihormati dan ketika dihina, ketika diumpat atau ketika dipuji ketika dianggap penipu, namun dipercaya…. Sebagai orang dihajar namun tidak mati…… sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang, sebagai orang yang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu:. Inilah potret seorang hamba diramah pelayanan!

Dari ke dua sisi pengalaman hidup yang berbeda telah mempertajam panggilan pelayanan saya dan keluarga. Kebahagiaan pelayanan tidak ditentukan oleh uang/materi atau kekuasaan. Bahkan kedewasaan rohani tidak ditentukan oleh usia melainkan ketika saya siap menerima tanggun jawab sebagai seorang hamba Yesus Kristus. Kesediaan menjadi hamba adalah suatu kemampuan menyediakan hati untuk melayani orang lain dengan kasih. Melayani dengan kasih merupakan matra kebesaran seorang hamba Tuhan!

Syukur …. Syukur…. aku bersyukur kepada Tuhan Yesus ku. DIA telah merampas hidupku sehingga aku menjadi malik orang yang tersalip di golgota. Puji Tuhan. Perjalanan hidupku 60th yang lalu telah diukir oleh Kristus dengan tangaNya yang ajaib. Banyak mujizat Tuhan yang terjadi di dalam hidupku, keluarga dan pelayananku. Ternyata itu semua terjadi karena perjumpaanku dengan Yesus 40thn yang silam. Sejak itu, IA memperkenalkanku dan melibatkanku keranah tugas kerajaanNYA. Saya mengawali pelayanan di kalangan Sekolah Minggu, Remaja dan Pemuda/i. Kemudian beranjak memasuki pelayanan Gereja sebagai Majelis Jemaat (ex affocio). Ditahun 1970-1971 diangkat oleh Departemen Pekabaran Injil Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) sebagai pelayan. Selajutnya melayani di gereja-gereja GMIM dalam kebangunan Rohani. Ketika itu telah selesai dari Sekolah Menengah Atas (SMA)

Tuhan mempunyai rencana yang lain. Pada tahun 1971-1972, Tuhan mengutus untuk melayani di Yayasan Misi Rasuli di Banyuwangi, Jawa Timur. Puji Tuhan selama pelayanan disana karunia kesembuhan dan mujizat-mujizat terjadi dengan luar biasa. Hal hal yang belum pernah kulihat dengan mata, terjadi!

Saya merasa bahwa DIA mau memakaiNya lebih baik lagi, maka tahun 1973-1977 saya diperlengkapi di Institut Injili Indonesia (I3), Batu Malang, Jawa Timur. Itulah dapur penggodokan hamba Tuhan. Saya banyak belajar dari Tuhan tentang hidup seorang hamba yang melayani.

Setelah usai dari dapur pendidikan, saya melayani bersama Gereja Methodist Indonesia (GMI) dan ditempatkan di GMI Lubuk Linggau, Sumsel dan GMI Palembang, Sumsel selama tahun 1978-1983. Disinilah pembekalan awal menjadi seorang gembala jemaat. Puji Tuhan, semua dapat dilaksanakan karena pertolongan Tuhan.

Panggilan misi terus membahana di hati bagaikan degupan air. Puji Tuhan, tahun 1984 tawarkan pelayanan di Jakarta melalui Gereja Kristen Injil di Sumatera Bahagian Selatan (GEKISUS) merupakan air sejuk untuk memulai suatu pelayanan misi. Tahun 1984, Gereja Kristern Injili di Indonesia (GEKISIA) di Jakarta di bawah lindungan Sinode GEKISUS di resmikan tepatnya 19 Februari 1984, Pdt Joopie ALH Wehantouw sebagai Gembala Jemaat yang pertama. Pekerjaan misi terus berkembang ke Bandung, Pelabuhan Ratu, Jogjakarta, Lampun, Medan, Palembang, Depok Makasar dan Pontianak. Puji Tuhan disamping sebagai gembala jemaat pada tahun 1991-2000 di angkat menjadi KETUA UMUM Majelis Sinode GEKISIA. Perjalanan 25 thn lebih di GEKISIA telah tertanam kasih Tuhan yang membentuk Gereja Tuhan, Yesus Kristus pemiliknya. Kekuatan melayani adalah karna sabda Tuhan yang telah kuterima dalam Wahyu 3:7-8

Kemudian 20 Agustus 2009 secara resmi saya mengakhiri pelayanan di GEKISIA dengan surat Pengunduran Diri kepada Sinode GEKISIA di Bengkulu.

Puji Tuhan, DIA sangat baik. Diusiaku 60thn Janji Tuhan buat hidupku, keluargaku dan pelayananku sangat dahsyat. IA meneguhkanku dengan sabdaNya: “Sebab disini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penantang” 1 Korintus 16:9

Dengan sabdaNya, maka pada bulan Agustus 2009 datang kepada kami sekelompok umat mendaulat saya dan ibu untuk menjadi gembala. Untuk itu, tepatnya 20 Agustus 2009 kami diterima oleh Gereja Bether Indonesia (GBI).
Kemudian saya diangkat dan dipercayakan oleh Gereja Bethel Indonesia (GBI) untuk menggembalakan Jemat GBI TIM sampai sekarang! Haleluyah

Sabtu, 02 Januari 2010

Ibadah Tutup GBI-TIM 31 Desember 2009

Sejarah Berdirinya GBI-TIM

Pemunculan GBI di Taman Ismail Marzuki adalah sebagai sesuatu yang unik. Di pertengahan Agustus 2009, sejumlah umat datang kepada Pdt Joopie A.L.H Wehantouw dan Pdt Daisy Wehantouw menyampaikan isi hati mereka dan memohon, bahkan mendaulat kami untuk menggembalakan mereka. Kami meminta waktu untuk berdoa. Didalam pergumulan doa untuk menentukan sikap akhir terhadap permintaan mereka. Kami sangat tersentuh ucapan mereka, " Jika bapak dan ibu tidak bersedia menggembalakan kami, maka kami dapat mencari Gembala (Pendeta) yang lain atau Gereja yang lain yang dapat mengayomi kami". Ungkapan hati mereka telah didengar oleh Tuhan. Melalui tuntunn Roh Kudus, kami memutuskan untuk menggembalakan mereka.

Kemudian Roh Kudus membawa kami berjumpa dengan Pendeta A. Shepard Supit MA, Gembala Jemaat GBI Gereja Rakyat, Menteng. Kedatangan kami disambut luar biasa. kami berbicara dari hati ke hati secara terbuka dan menyampaikan kerinduan kami untuk bergabung. Hal tersebut sangat diresponi dengan baik sekali. Akhirnya kerinduan kami terwujud.

Tepatnya 20 Agustus 2009, kami diterima menjadi Cabang mandiri GBI Gereja Rakyat Menteng yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya no 73 Jakarta Pusat. Dengan mengangkat dan menetapkan Pendeta Doktor Joopie A.L.H Wehantouw sebagai gembala jemaat setempat.

Selanjutnya pada 18 Oktober 2009 diadakan pengukuhan Pdt. Joopie A.L.H Wehantouw dan Pdt Daisy Wehantouw, masing-masing sebagai Gembala Jemaat dan wakil Gembala Jemaat. Sekaligus Pelantikan pengurus GBI Cabang Mandiri Taman Ismail Marzuki (TIM), yaitu Buddy Sompie (sekretaris); Henny Sompie (Bendahara); Rossy Lintang dan Lydia Thamrin (Departemen Diakonia); Adelaida Manampiring dan Erna Sangari (Departemen Koinonia); Daniel Thamrin dan Impun Simatupang (Departemen Umum).

Sebagai catatan sejarah yang tidak dapat dilupakan adalah peristiwa bersejarah tertanggal 12 July 2009 dimana sejumlah anak-anak Tuhan berjumpa dan saling mengungkapkan perasaan hati mereka masing-masing. Kemudian mereka mengambil komitmen bersama untuk membentuk persekutuan. Persekutuan tersebut mengambil tempat di rumah Keluarga Herman Sompie, jalan Tambak Pav 5 Menteng, Jakarta Pusat. Inilah Cikal bakal GBI Taman Ismail Marzuki (TIM) berdiri.

Minggu, 06 Desember 2009